Kamis, 19 Desember 2013

LANGKAH IDENTIFIKASI BAHAYA

Kecelakaan dapat dieliminasi, namun kita harus fokus dalam melakukan proses identifikasinya,tidak hanya menunggu & menunggu kejadian untuk dianalisa ,dicari penyebabnya terus dicari jalan keluarnya ,jika kita hanya melakukan hal tersebut kita hanya menjadi ahli dokumentasi kecelakaan saja.


Kita mengenal 3 langkah pendekatan identifikasi yang biasa dipakai secara umum :

1. Identifikasi bahaya pasif

Naif sekali jika kita hanya mengunakan pendekatan ini, bahaya dapat di kenal dengan mudah jika kita mengalaminya sendiri secara langsung. Seseorang akan mengetahui adanya bahaya  di jalan setelah tersandung atau terperosok ke dalamnya.Kita tahu bahwa adanya bahaya listrik setelah tersengat aliran listrik.cara ini bersifat primitif dan terlambat karena kecelakaan telah terjadi, baru kita menegenal dan mengambil langkah pencegahan

Metode ini sangat rawan,karena tidak semua bahaya dapat menunjukan eksistensinya sehinggga dapat terlihat dengan mudah.
Sebagai contoh,di dalam suatu pabrik kimia,terdapat berbagai jenis bahan dan peralatan.Selama bertahun tahun di dalam pabrik tersebut tidak pernah terjadi kecelakaan atau kejadian lainya.Dalam hal ini, belum tentu bahwa pabrik tersebut aman dan tidak mengandung bahaya.Jika tidak di lakukan identifikasi bahaya, Mungkin setelah terdapat sumber bahaya yang setiap saat dapat menimbulkan kecelakaan. Melakukan identifikasi pasif, ibarat menyimpan bom waktu yang dapat meledak setiap saat

2. Identifikasi bahaya semi proaktif
Teknik identifikasi ini di sebut juga teknik belajar dari pengalaman orang lain karena kita tidak perlu mengalaminya sendiri.Teknik ini lebih baik karena tidak perlu mengalami sendiri setelah itu baru mengetahui adanya bahaya. Namun teknik ini juga kurang efektif Kerena :
• Tidak semua bahaya telah di ketahui atau pernah menimbulkan dampak kejadian kecelakaan.
• Tidak semua kejadian di laporkan atau di informasikan kepada pihak berwenang/lain.
• Laporan kecelakaan biasanya sudah dipoles pihak yang berkepentingan/tidak aktual.
• Kecelakaaan telah terjadi yang berarti tetap menimbulkan kerugian, walaupun menimpa pihak lain.

Sejalan dengan hal ini, sebaiknya manajemen SMK3 mensyratkan untuk melakukan penyelidikan kecelakaan sebagai Lesson Learning agar kejadian serupa tidak terulang kembali.Akan tetapi, masih ada aggapan bahwa kecelakaan merupakan aib bagi perusahaan, sehinggga data-data dan informasi tentang kejadian sulit di peroleh.Jika di ekspose.Mungkin kejadianya sudah di rekayasa sedemikan rupa sehinga tidak sesuai lagi dengan fakta kejadian sebenarnya

3. Identifikasi bahaya proaktif
Tehnik dan metoda  terbaik untuk mengidentifikasi bahaya adalah cara proaktif, atau mencari & memprediksi  bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau dampak yang merugikan.

Tindakan proaktif memiliki kelebihan:

  • Bersifat preventif karena bahaya di kendalikan sebelum menimbulkan kecelakaan atau cedera , bersifat peningkatan berkelanjutan(continual improvement) karena dengan mengenal bahaya dapat di lakukan upaya perbaikan
  • Meningkatkan kepedulian  semua pekerja setelah mengetahui dan mengenal adanya bahaya di sekitar tempat kerjanya.
  • Mencegah pemborosan yang tidak diinginkan, karena adanya bahaya dapat menimbulkan kerugian. misalanya ada kebocoran tanpa di ketahui maka akan terus menerus mengeluarkan bahan /bocoran sehinggga dapat mrnimbulkan kerugian.




LANGKAH PROSES IDENTIFIKASI BAHAYA

Proses identifikasi bahaya dan penilaian resiko dalam K3 adalah langkah pertama yang harus jalani guna melangkah ke tahap kondisi kerja yang aman dan nyaman, namun dalam melakukan proses identifikasi tersebut kita harus  mempertimbangkan beberapa hal yang akan mempengaruhi skala prioritasnya.


Penentuan skala prioritas ini berkaitan dengan faktor kebijakan manajemen sehingga dalam penanganan SMK3 tidak hanya mendewakan safety tetapi melupakan Quality dan Productivity, sebagi safety officer biasakan merumuskan masalah secara komprehensif/menyeluruh sehingga kita dapat meminimalkan sikap resistensi dari bagian terkait,beberapa hal wajib kita pertimbangkan antara lain :

  1. Aktifitas rutin dan non rutin. Diantara dua hal tersebut prioritaskan aktifitas rutin ,karena kemungkinan bahayanya akan lebih sering terjadi daripada aktifitas non rutin.
  2. Aktifitas dari semua individu yang memiliki akses ke tempat kerja termasuk kontraktor, tamu, investor, Identifikasi siapa saja yang mungkin terpapar bahaya karena suatu kondisi proses produksi.
  3. Perilaku masnusia,kemampuan dan factor manusianya. Semua manusia cenderung untuk lalai dan teledor identifikasikan pula hal ini terutama jika menyangkut suatu kegiatan yang monoton.
  4. Bahaya yang timbul di sekitar tempat kerja dari aktifitas yang berkaitan dengan pekerja yang berada di bawah kendali organisasi ,buatlah manajemen 5R karena ini sangat berpengaruh terhadap kejiwaan anggota organisasi.
  5. Pelatihan penanganan ,peralatan dan material di tempat kerja ,apakah yang di sediakan organisasi atau pihak lain sudah cukup, update terus kemampuan anggota organisasi karena industri semakin berkembang dalam peralatan & bahan bantu produksi.
  6. Identifikasi bahaya akibat dari perubahan atau rencana perubahan dalam kegiatan organisasi, kegiatanya atau material.
  7. Modifikasi pada system manajeman K3,termasuk perubahan sementara dan dampaknya terhadap organisasi,proses dan aktifitas lakukan review secara berkala & insidensil.
  8. Setiap persyaratan legal yang dapat di berlakuakan berkaitan dengan penegendalaian resiko dan implementasi dari penegendalian yang di perlukan
  9. Identifikasi & Evaluasi rancangan dari lingkungan kerja, proses, instalasi, permesianan/peralatan ,prosedur operasi dan organisasi kerja,termasuk adaptasi terhadap kemampuan manusia

Dalam melakukan Identifikasi kita dapat menempuh dengan 3 cara antara lain :

  1.  Identifikasi  pasif
  2.  Identifikasi  proaktif
  3.  Identifikasi  Semi proaktif

Senin, 16 Desember 2013

PENGARUH FAKTOR PRIBADI PENYEBAB TERJADINYA KECELAKAAN

Kita sepakat bahwa kecelakaan kerja terjadi karena adanya unsafe action dan unsafe condition. Unsafe action  atau tindakan tidak aman dipicu oleh tindakan atau perilaku dari manusia atau pekerja. Perilaku tidak aman dari pekerja sangat dipengaruhi oleh faktor pribadi dari pekerja itu sendiri.



 Ada beberapa faktor pribadi yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat dari unsafe act tersebut. Berikut  faktor-faktor pribadi yang mempengaruhi dan menyebabkan  terjadinya kecelakaan kerja.

1. Pengamatan terhadap bahaya
Faktor pertama adalah kemampuan dari pekerja / operator dalam mengidentifikasi bahaya di areanya, tidak semua pekerja / operator mampu mengidentifikasi bahaya di areanya karena hal ini tergantung dari pengetahuan, pengalaman & pendidikan pekerja/ operator dalam menguasai areanya tersebut. Pada umumnya pekerja baru yang belum mendapatkan training atau pengalaman yang cukup belum akan mampu mengamati atau mengidentifikasi bahaya dari pekerjaan yang akan mereka lakukan. Ketidak mampuan pekerja dalam mengamati atau mengidentifikasi bahaya ditempat kerja merupakan faktor yang dapat memicu terjadinya kecelakaan kerja.
Seyogyanya setiap pekerja/ operator baru dikenalkan dengan semua potensi bahaya dari area masing-masing mencakup bahaya yang terlihat dan tidaktelihat ,supervisor dapat memantau kemampuan analisa anggota teannya dengan melakukan inspeksi mendadak/terjadwal.

2. Pengenalan terhadap bahaya
Setelah pekerja/operator mampu mengamati atau mengidentifikasi adanya potensi bahaya ditempat kerja mereka, maka selanjutnya mereka harus mengenali bahaya tersebut. Banyak pekerja/operator yang mampu mengidentifikasi bahaya ditempat kerja mereka, akan tetapi tidak mampu mengenali jenis bahaya yang dapat terjadi. Sebagai contoh sederhana, diarea kerja terdapat solvent atau bahan kimia pelarut, pada label terdapat simbol hazards (flamamble/mudah  terbakar) dan nama bahan kimia tersebut. Dari simbol hazard hampir dipastikan bahwa semua pekerja dapat mengamati bahwa bahan kimia tersebut berbahaya. Namun tidak semua pekerja dapat mengenali jenis bahaya diceritakan oleh simbol hazard tersebut. Bisa jadi beberapa dari pekerja mengenali jenis hazard yang ada secara umum, misalnya mudah terbakar, namun secara detil mereka bisa jadi tidak mengetahui efek bakarnya dan kecepatan menguap  bahan kimia tersebut. Dalam hal ini pekerja perlu mendapatkan training yang cukup untuk mengenali jenis bahaya ditempat kerja mereka masing-masing. Ketidak mampuan pekerja dalam mengenali jenis bahaya yang mereka hadapi akan dapat menimbulkan kecelakaan yang lebih fatal. Misalnya nenyimpan botol solvent di dalam panel mesin.

3. Keputusan untuk menghindar
Meskipun pekerja sudah dapat mengamati dan mengenali bahaya, kecelakan masih bisa terjadi jika pekerja tidak mengambil keputusan yang tepat untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat untuk menghindari terjadinya kecelakaan sangat dipengaruhi oleh budaya, iklim dan perilaku keselamatan. Jika budaya, iklim dan perilaku keselamatan yang berkembang didalam organisasi merupakan budaya, iklim dan perilaku berisiko maka pekerja akan cendrung untuk mengambil risiko dari pada menghindari risiko. Apalagi mereka sudah melakukan pekerjaan tersebut berulang-ulang dan tidak pernah terjadi kecelakaan atau adanya perasaan mumpuni, takut dikatakan lamban dan lain sebagainya yang dapat menyebabkan pekerja mengambil keputusan untuk tidak menghindari potensi bahaya yang dapat terjadi. Lakukan pembinaan secara konsisten terhadap seluruh karyawan akan  besarnya kerugian yang dapat ditimbulkan dari bahaya yang ada akan sangat menentukan keputusan yang diambil.

4. Kemampuan menghindar
Faktor  yang berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan adalah kemampuan untuk menghindari dari bahaya yang sudah diidentifikasi, dikenali dan diputuskan untuk dihindari. Pekerja/operator bisa saja sudah memutuskan untuk menghindar dari potensi kecelakaan yang bisa terjadi, namun kecelakaan akan bisa dihindari jika pekerja tersebut mampu menghindari bahaya atau risiko tersebut dengan tepat, mengetahui cara menghindari bahaya atau mengetahui cara melakukan pekerjaan dengan aman. Kemampuan menghindar akan terlihat dari perilaku yang aman dari pekerja tersebut dalam melakukan pekerjaannya. Kemampuan yang dibutuhkan adalah kemampuan secara fisik untuk menghindari bahaya dan kemampuan secara skill untuk menghindari bahaya. Kedua kemampuan tersebut harus dimiliki pekerja agar dapat menghindari bahaya yang terdapat diarea kerja mereka. Menghindari bahaya sebelum terjadi kecelakaan dengan berprilaku aman dalam bekerja dan menghindari bahaya pada saat terjadi kecelakaan dengan mengetahui cara penanganan bahaya atau keadaan darurat.

Keempat faktor pribadi tersebut yang dominan  terhadap terjadinya kecelakaan kerja, hal tersebut dapat diperbaiki dengan cara memberikan pelatihan dan sosialisasi kepada pekerja, sehingga para pekerja mampu mengidentifikasi bahaya, mengenali bahaya, mengambil keputusan yang tepat untuk menghindari bahaya dan mampu menghindari bahaya tersebut dengan cara berperilaku aman dalam pekerjaan mereka.

Sabtu, 14 Desember 2013

LANGKAH INSPEKSI APAR



Sebagian perusahaan masih kurang peduli terhadap salah satu peralatan emergency ini, biasanya mereka hanya akan membeli, dipasang lalu dibiarkan saja tanpa melakukan perawatan untuk menjaga agar kondisinya selalu siap pakai. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat pemadam yang praktis dan mudah digunakan oleh semua orang, dimana seharusnya alat ini dirawat dan dipastikan dapat dipakai untuk memadamkan kebakaran mula (api kecil) sehingga api tidak membesar dan membakar seluruh bangunan. 
KENDALIKAN API DI MENIT MENIT PERTAMA TIMBUL

Untuk memastikan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dapat dipakai dan berfungsi apabila dipakai dalam suatu kondisi emergency maka, pengusaha harus menunjuk seseorang yang bertanggung jawab melakukan inspeksi bulanan dan maintenance APAR . Dimana hasil inspeksi di record dan disimpan dalam periode tertentu agar lebih mudah untuk melakukan pemantauan. Sebaiknya ada dua record yang harus dilaksanakan yaitu record yang terdapat di tabung APAR (dapat berupa tag) yang berisi tanggal inspeksi dilakukan, point-point inspeksi, media APAR, tanggal kadaluarsa, nama dan tanda tangan dari inspector, record yang ke dua dapat berupa check sheet  yang berisi: tanggal kadaluarsa, media APAR, bulan periode inspeksi, problem APAR, lokasi APAR dan informasi lainnya. Adapun point- point inspeksi dari APAR adalah sebagai berikut :
Pemeriksaan rutin bulanan :
  1. Segel/ pin APAR tidak rusak dan berada ditempatnya
  2. Periksa kondisi fisik dari APAR (bersihkan tabung, selang, handle,nozzle dari kotoran dll) 
  3. Pastikan APAR terisi full (jarum pressure gauge berada di area Hijau) 
  4. Pastikan kondisi pressure gauge baik (dengan cara menyentil presure gauge dengan jari, pressure gauge yang     baik jarumnya tidak akan bergoyang saat disentil)
  5. Pastikan APAR belum memasuki masa kadaluarsa .
  6. Jika anda merasa berat APAR tidak sesuai dengan berat yang tertera pada tabung, maka timbanglah. 
  7. Tabung tidak rusak/cacat/deformasi/bocor  Jika ada kebocoran pada tabung tarik dari lapangan/direject.   
  8. Pastikan lokasi & kemudahan access untuk menjangkau APAR  berada di posisi yang mudah dilihat. 
  9. Bersihkan karat dan debu yang ada di tabung secara rutin (bila karat sudah dinilai parah maka tarik dari  lapangan/direject. 
  10. Lakukan pengocokan  APAR dengan media Dry Chemical Powder,untuk menghindari pengumpalan powder. 
  11. Pastikan APAR yang berada di luar ruangan (terekspose sinar matahari langsung)  atau di area corosive dilengkapi dengan box/pelindung APAR.
  12. Berikan stempel inspeksi pada tag sebagai bukti pengecheckan pada setiap tabung APAR dan catat di ckeck sheet report. 



Perawatan tahunan : 

  1. Pengisian ulang APAR, hal ini dilakukan sesuai dengan masa kadaluarsa APAR (beda merek beda juga masa kadaluarsa APARnya)
  2. Pengecatan ulang APAR, dilakukan apabila kondisi cat APAR sudah mulai kusam atau ada karat ditabung 
  3. Hydrostatic test/uji tekan tabung APAR  dilakukan setiap 5 tahun untuk memastikan tabung masih layak pakai atau tidak

Hal tersebut diatas harus diketahui oleh inspector APAR agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, INGAT  apabila APAR tidak bisa dipakai saat terjadi kondisi emergency maka inspector APARlah yang harus bertanggung jawab. Disinilah beratnya menjadi inspector APAR ,selain tanggung jawab yang besar inspector APAR juga menghadapi bahaya sebagai berikut :


  • APAR meledak/Nozle lepas ketika dilakukan inspeksi (terutama rawan pada APAR bertekanan tinggi misal media CO2)
  • Cidera ringan (tergores, terjepit, terantuk dll) 
  • Bahaya ergonomi, cidera otot/tulang yang terjadi karena salah metode pengangkatan atau kurang pemanasan saat akan memulai suatu pekerjaan 
  • Terpapar bahan kimia, karena kebetulan letak APAR berada di area bahan kimia
  • Terpapar debu dari proses perawatan tabung APAR.
  • Jatuh dari ketinggian (karena kurang hati-hati saat menaiki tangga) dan bahaya-bahaya lain yang mungkin terjadi
Oleh karena itu sangat disarankan petugas inspector apar mengunakan APD yang sesuai dengan tugasnya :
  • Sarung tangan
  • Safety glass
  • Masker

LANGKAH AMAN MELINDUNGI MATA

    Mata harus terlindung dari panas,angin, sinar yang menyilaukan dan debu. Berbagai jenis kacamata pengaman mempunyai kegunaan yang berbeda. Kacamata debu berguna melindungi mata dari bahaya debu, gram (tatal) pada saat menggerinda, memahat dan mengebor. Kacamata las berguna melindungi mata dari bahaya sinar yang menyilaukan (kerusakan retina mata) pada saat melaksanakan pengelasan. Kacamata las dapat dibedakan terutama pada kacanya, antara pekerjaan las asetilin dan las listrik. Kacamata las listrik lebih gelap dibandingkan dengan kacamata las asetilin. Selain kacamata las terdapat juga kedok yang lazim disebut helm las atau kacamata las yang dipadukan dengan topi.


Di dalam kegiatan konstruksi / produksi kita melakukan terlalu banyak pekerjaan tanpa melindungi mata kita.
Beberapa bahaya mata di tempat kerja kita:
- Api pengelasan
- Percikan bunga api pengelasan dan pemotongan
- Debu dari kegiatan ampelas,menyapu
- Percikan zat kimia cair,pembersih kaca,pelumas,bbm
- Paku dan kawat yang terpasang di dinding
- Ikatan dan kawat yang tergantung di plafon
- Matahari dan angin

Kita sudah pernah mengalami debu dan kotoran masuk ke mata kita. Beberapa dari kita juga sudah mengalami benturan di mata oleh serpihan kayu, semen dan batu.
Baik itu besar maupun kecil serpihan ini dapat membuat kita mengalami iritasi sampai kebutaan.

Sekarang kita  mengidentifikasi bagaimana cara melindungi mata saat sedang bekerja.Kita semua hanya memiliki sepasang mata jadi jagalah selalu mata anda seumur hidup. Semahal apapun APD untuk mata kita harganya tetap terlalu kecil untuk kesehatan & keselamatan kita. Selalu gunakan alat perlindung yang tepat untuk mencegah cidera mata kita.

Untuk pengelasan, pelindung mata harus gelap untuk menangkal sinar UV yang sangat tajam. Jangan menggunakan lensa kontak di lokasi kerja. Debu dan partikel lainnya dapat masuk melalui bagian bawah lensa. Jika Anda harus menggunakan lensa kontak untuk alasan medis, gunakan juga alat pelindung mata yang sesuai.

Selalu gunakan kacamata Anda ketika anda menggunakan pelindung yang lain seperti helem las atau pelindung muka.Kenapa? karena ketika anda mengangkat pelindung tersebut anda bisa saja terpapar oleh serpihan, debu atau bahaya benda yang mudah terbang lainnya. Pelindung mata harus cocok dengan bahaya yang dihadapi. Goggles dapat melindungi anda dari debu tapi tidak melindungi anda dari percikan atau radiasi.

Pelindung mata anda harus benar-benar pas digunakan & bersihkan lensa yang kotor dengan air atau cairan pembersih lensa khusus untuk mengangkat kotoran dari pada mengakibatkan goresan pada lensa.

Selalu periksakan mata anda setiap beberapa tahun untuk memastikan masalah atau penyakit mata tidak berkembang atau bertambah buru bagi kesehatan Anda.

Selalu check kondisi APD mata , helm pengelasan, perlindungan saat snadblasting, dan pelindung lainnya secara berkala untuk menjaga perlindungannya tetap maksimal.

Dengan melakukan hal-hal yang sudah kita paparkan diatas, maka diharapkan Anda dapat melindungi mata anda saat bekerja






LANGKAH TANGGAP TERHADAP KECELAKAAN

Kecelakaan dapat terjadi dimana saja, jadi bersiap-siaplah. Di beberapa tempat saat anda atau teman sekerja anda membutuhkan perawatan medis akibat kecelakaan dan kebanyakan korban kecelakaan akan menerima beberapa jenis bantuan dan pertolongan awal dari seseorang seperti anda.
pertolongan pertama pada kecelakaan
Banyak kasus saat seseorang melihat kecelakaan malah bingung,histeris,gugup bahkan ada yg tidak sadarkan diri.Mengetahui bagaimana menanggapi suatu kecelakaan merupakan suatu tanggung jawab besar. Kita semua harus menghadapi tanggung jawab ini, sehingga  kita harus terus meningkatkan kemampuan pertolongan pertama kita.

Perawatan awal terhadap seorang korban kecelakaan harus memperhatiakan kondisi mental korban berikan pelayanan VIP sehingga tercipta rasa diutamakan ,diperhatikan kaarena hal ini sangat berpengaruh terhadap kondisi mental pasca kecelakaan.

Suatu kecelakaan terjadi dalam hitungan detik – tidak ada waktu untuk membaca buku, mengikuti kursus atau bahkan mencari nomor telepon. Menanggapi dengan cepat dan tepat, anda harus memiliki rencana standar yang baik untuk diikuti :

1. TETAP TENANG – ini akan memberikan rasa percaya diri pada korban dan mengurangi rasa takut.

2. HENTIKAN PENDARAHAN HEBAT – perban ketat dapat menghentikannya dalam kebanyakan kasus.

3. KEMBALIKAN NAPAS NORMAL – apakah anda sudah kursus C.P.R?

4. PERIKSALAH CIDERA YANG LAIN – informasi ini akan menghemat waktu pada saat pertolongan datang

5. BIARKAN KORBAN BERBARING – selimut akan membantu menjaga panas dan mencegah terjadinya goncangan.

6. TUNGGUI KORBAN – perintahkah seseorang menelepon ambulan sesegera mungkin.

7. LANJUTKAN TINDAKAN PERTOLONGAN PERTAMA – dan berikan semangat sampai pertolongan datang.

8. JANGAN BERIKAN CAIRAN kepada korban yang pingsan.

9. JANGAN PINDAHKAN KORBAN dalam kondisi parah jangan pindahkan korban tanpa bantuan orang lain kecuali ada bahaya langsung di tempat.

Langkah-langkah ini pedoman bagi anda untuk menolong korban kecelakaan. Pastikan anda berkemampuan untuk memberikan pertolongan pertama dan CPR.

CATATAN KESELAMATAN UNTUK DIINGAT : Di tempat kerja atau di rumah – letakkan nomor-nomor telepon pos darurat dan alamat atau lokasi anda dekat pesawat telpon.

EMPAT KLASIFIKASI KEBAKARAN

Faktor utama  risiko kebakaran (fire risk) adalah  manusia itu sendiri (bencana kebakaran hampir seluruhnya disebabkan oleh ulah manusia ,man made disaster). Bencana kebakaran, masih banyak yang memandangnya bukan sebagai risiko yang dapat diminimalisasi, melainkan sebagai musibah. Dan masih kuat anggapan bahwa biaya untuk proteksi terhadap bahaya kebakaran bukan biaya yang tergolong sebagai biaya investasi yang dapat dikembalikan dalam waktu relatif cepat, atau sikap menggampangkan bahwa soal bencana kebakaran adalah soal nanti.

Dalam rangka melakukan pecegahan bahaya kebakaran di perusahaan maka semua lapisan karyawan harus memiliki pengetahuan dasar penggunaan APAR dan jenis apa yang cocok untuk digunakan pada saat diperlukan , berikut klasifikasi kebakaran tersebut :


- Kebakaran Klas A
Kebakaran dari bahan biasa yang mudah terbakar seperti kayu, kertas, pakaian dan sejenisnya. Jenis alat pemadam : yang menggunakan air harus digunakan sebagai alat pemadam pokok.

- Kebakaran Klas B
Kebakaran bahan cairan yang mudah terbakar seperti minyak bumi, gas, lemak dan sejenisnya. Jenis alat pemadam : yang digunakan adalah jenis busa/foam sebagai alat pemadam pokok.

- Kebakaran Klas C
Kebakaran listrik (seperti kebocoran listrik, korsleting) termasuk kebakaran pada alat-alat listrik. Jenis alat pemadam : yang digunakan adalah jenis kimia dan gas sebagai alat pemadam pokok.

- Kebakaran Klas D
Kebakaran logam seperti Zeng, Magnesium, serbuk Aluminium, Sodium, Titanium dan lain-lain. Jenis alat pemadam : yang harus digunakan adalah jenis khusus yang berupa bubuk kimia kering.


Jumat, 13 Desember 2013

LIFE ROPE DAN LIFE BAR




keselamatan kerja menjadi hak semua pekerja. Pada pekerja dengan pekerjaan tingkat bahaya tinggi keselamatan kerja sangat mutlak untuk melindungi dirinya dan asset produksi.keselamatan kerja akan adabila si pekerja melengkapi aktifitasnya dengan pengetahuan dan keterampilan tentang keselamatan kerja


Bekerja di ketinggian sangat berbeda dengan bekerja di bawah faktor utamanya adalah terbatasnya area tumpuan pijakan bagi pekerjanya selanjutnya faktor kejiwaan sangat berperan, tidak semua orang bisa bekerja 5m diatas permukaan tanah atau lebih.
Bekerja di ketinggian bergerak dari satu titik ke titik yang lain harus berhitung dahulu ,tempat pijakan, kekuatan pijakan, keseimbangan, pemindahan beban, pemindahan alat kerja dan posisi kerjanya. tidak mudah dan dibutuhkan safety advisor dan safety officer yang berpengalaman dan banyak akal, untuk mensiasati suatu kontigensi di lapangan.

  
Pekerjaan konstruksi yang paling beresiko adalah 20% pekerjaan awal, yaitu pemasangan tiang-tiang dan merangkai tiang satu dengan tiang yang lain dengan pembautan, dalam kondisi ini pekerja konstruksi tidak memliliki tempat untuk mengkaitkan safety belt/body hardness nya,,,laluuu.....
Ada banyak kasus seorang pekerja konstruksi tersebut mengambil resiko dengan tidak mengkaitkan safety belt/body hardness nya ke apapun, untuk mengatasi kondisi ini sebagian sudah mengunakan life rope , tali yang kuat untuk menahan tubuhseseorang, sistem kerjanya seperti panjat tebing dimana ada seseorang yang bertugas melindungi orang lain.
Pada kasus yang lain adalah saat topping suatu bangunan ataupun pekerjaan perbaikan atap,untuk kondisi ini bentangkan tali/tambang /sling yang sesuai ukuran & kekuatannya secara temporary /dapat di pasang bongkar dengan cepat sebelum memulai pekerjaan .
  Dengan kasus yang mirip adalah kondisi di atas plafon dan dibawah atap, para pekerja akan menemui kesulitan untuk mengkaitkan safety belt/body hardness mereka , maka di atas plafon dan dibawah atap pasanglah life bar dari kabel sling / besi beton  secara permanen karena akan dipakai oleh petugas maintenance gedung secara berkala  .


APA ITU KEBAKARAN ??

Sering kita mendengar tentang kebakaran namun kita akan kesulitan untuk mendefinisikannya walau kita tahu apa itu kebakaran, penyebab & akibatnya.
KEBAKARAN :  Suatu reaksi kimia (suatu raeksi oksidasi ) yg bersifat Eksothermis,diikuti oleh evakuasi / pengeluaran cahaya, panas, serta dapat menghasilkan nyala,asap & bara secara tidak terkendali
PEMBAKARAN :  Suatu reaksi kimia (suatu raeksi oksidasi ) yg bersifat Eksothermis,diikuti oleh evakuasi / pengeluaran cahaya, panas, serta dapat menghasilkan nyala,asap & bara secara terencana dan terkendali.


Unsur¬2 terjadinya api:
1) Bahan bakar (fuel)
2) Oksigen (O2)
3) Panas (heat)

Dalam suatu kebakaran kita akan mendapati bahaya yang menyertainya  :

a. Bahaya karena asapnya
    - racun yang timbul dari bahan bakar
    - racun sisa pembakaran (arang)
    - O2 yg menipis (kurang dr 16%) 

b. Bahaya karena kobarannya
   -  panik berlebihan, pingsan, stres, melompat dr jendela dll

c. Bahaya karena panasnya
   -  banyak keluar cairan-pingsan
   -  panas membakar tubuh
   -  karena panas –jatuh pecah
   -  Timbul pergerakan udara/oksigen secara cepat

d. Bahaya2 lain
   -  Psikologis / sangat egois

Dari contoh beberapa bahaya diatas kita dapat pula mengidentifikasi dampaknya bagi manusia ,perusahaan,masyarakatdan proses produksi / distribusi,antara lain :

1. Orang bisa kehilangan jiwa
2. Gila sesaat / temporary

3. Produksi & kegiatan macet 
4. Produksi/Distribusi terlambat
5.     Produksi/Distribusi terhenti

Dengan mengetahui berbagai dampak diatas kita juga harus dapat mencegah dan menanggulagi bahaya kebakaran , ada 3 teknik pemadaman yang biasa dilakukan
yaitu :

1.Smothering-menutupi-menyelimuti 
 inti dari tehnik ini adalah mengisolasi O2 dari segitiga api contohnya dg karung basah,        pasir, lumpur, dg pemadam jenis foam.

2.Cooling-pendinginan
inti dari tehnik ini adalah dengan tujuan menghilangkan panas dengan menurunkan suhu sehingga segitiga api akan kehilangan panas .menyemprotkan air ke sumber material / titik kebakaran

3.Starvation-starvasi memisahkan benda
inti dari tehnik ini adalah menghilangkan /memindahkan material dari lokasi kebakaran.contohnya memindahkan material sehingga segitiga api akan kehilangan bahan mudah terbakar.

Dari beberapa hal diatas akan sangat baik/kondisi terideal adal kita harus melakukan pencegahan kebakaran dengan melakukan pengadaan alat alat pencegahan kebakaran dan dilanjutkan dengan perawatan secara berkala untuk memastikan kondisinya selalu siap pakai.
Adapun sarana / peralatan kebakaran itu adalah :

1) Apar, Hydrant, Sprinkler dll
2) Alarm system, tombol-tombol, manual alarm untuk pemberitahuan kebakaran secara dini
3) Tangga kebakarna, lampu-lampu petunjuk, lampu penerangan darurat, terpal luncur dll

Setelah sarana sudah siap kita harus konsisten untuk melakukan penanggulangan Kebakaran:

1. Preventif : pengendalian sumber kebakaran (pengawasan peralatan yang menimbulkan api, seperti las, listrik, kompor, setrika, mesin-mesin dll)

2. Prosedur evakuasi:
1) Sikap siaga (bunyi alarm bedakan antara alarm kebakaran & gempa bumi karena beda menyikapinya)
2) Tetap tenang (jangan berlari tetapi berjalan cepat)
3) Sikap bertindak (pandulah tindakan semua customer/karyawan  dg tegas dengan audio informasi sejelas-jelasnya)
Tindakan- tindakannya adalah
menutup semua pintu-pintu di lantai dasar kecuali pintu darurat
mengarahkan customer/karyawan keluar menuju tangga darurat / pintu keluar
karyawan yang tidak bertugas sebagai team evakuasi keluar melalui tangga darurat dengan menuju titik kumpul/center point..
4)  Team evakuasi mengecek lebih dahulu sebelum meninggalkan area terhadap kemungkinan orang tertinggal
5)  Setelah karyawan berkumpul di center point segera check sudah lengkap atau belum jika belum lakuakan tindakan SAR, karyawan yang sudah berkumpul segera berikan instruksi/ pengarahan lebih lanjut apakah  kegiatan  dapat dilanjutkan atau tidak
6)  Team keamanan terpadu dan petugas mekanikal/ elektrikal tetap bertugas sesuai dengan tanggung jawabnya masing-masing  
 

PRINSIP DASAR PENCEGAHAN KEBAKARAN (Fire Protection)

Proteksi kebakaran (fire protection) adalah merupakan aspek paling utama dalam program perlindungan kebakaran. Perencanaan yang baik dalam aktifitas pencegahan kebakaran akan dapat menyelamatkan miliaran rupiah dan juga nyawa manusia akibat kebaran. Salah satu penyebab utama terjadinya kebakaran pada berbagai industri adalah tindakan tidak aman atau kondisi lingkungan yang kurang baik. Dengan memperbaiki tindakan tidak aman (unsafe act) dan kondisi lingkungan kerja maka penyebab terjadinya kebakaran dapat dikurangi.



Program proteksi kebakaran membutuhkan investasi baik personel kebakaran, peralatan kebakaran, waktu dan biaya-biaya lain yang cukup besar bagi perusahaan, namun hal ini dapat dijustifikasi dengan menperlihatkan bukti-bukti kerugian yang diakibatkan oleh kebakaran. Investasi yang ditanamkan untuk program pencegahan kebakaran sangatlah jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan kerugian yang dapat terjadi akibat kebakaran.

Program pencegahan kebakaran dapat kelompokkan menjadi tiga kategori utama yaitu;

1. Program engineering; yaitu program ini akan sangat efektif apabila dilakukan sejakdimulainya proses perencanaan bangunan yang meliputi perencanaan bangunan yang yang aman dari kebakaran dan perencanaan proses yang aman dari kebakaran, misalnya instalasi fire detection system (aktif) dan instalasi fire protection system (pasif).

2. Program edukasi; yaitu program untuk meningkatkan kesadaran pekerja / pengguna gedung  terhadap bahaya kebakaran, yaitu dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan tentang kebakaran, identifikasi penyebab kebakaran, bahaya kebakaran, pencegahan kebakaran dan evakuasi jika terjadi kebakaran.

3. Pogram Penegakkan Sistem; program penegakkan sistem adalah program untuk memastikan bahwa semua sistem pencegahan kebakaran sesuai atau standar operasi prosedur dengan fire code atau regulasi yang ada. Maka secara berkala harus dilakukan inspeksi terhadap semua fasilitas pencegahan kebakaran untuk memastikan semua berfungsi maksimal.
.

Program engineering memegang peranan yang sangat penting dalam pencegahan kebakaran. Tanpa didasari oleh prinsip teknis yang baik, program edukasi dan penegakkan sistem tidak akan bisa bisa optimal dalam mencegah terjadinya kebakaran. Prinsip engineering dalam pencegahan kebakaran yang harus diperhatikan adalah disain dan konstruksi bangunan, bahan bangunan, pemasangan sistem perlindungan kebakaran, pasokan air untuk pemadam, disain dan rencana pengembangan bagunan, sistem pemadam dan jaringan pasokkan air pemadam. Masukan dari inspektor kebakaran atau ahli kebakaran akan sangat berharga bagi insinyur perancang bangunan karena mereka memilki pengetahuan yang baik tentang fire code dan regulasi tentang kebakaran. Maka didalam merancang suatu bangunan dan proses, hendaklah melibatkan ahli kebakaran sehingga sistem pencegahan kebakaran dapat didisain sesuai dengan standar baku nasional atau internasional. Misalnya seberapa banyak titik fire detection, sprinkle dan fire extiguisher yang diperlukan dalam suatu area bangunan atau proses, dan dimana saja titik penempatannya yang paling tepat sesuai standar kebakaran atau fire code.

Hal lain yang sangat penting dalam program pencegahan kebakaran adalah pemahaman terhadap fire code atau standar baku kebakaran. Personel pencegah kebakaran harus mengetahui dan memahami fire code dan regulasi yang harus diterapkan untuk jenis industri mereka. Fire code dan regulasi yang harus dipahami misalnya adalah NFPA, OSHA, regulasi pemerintah, kebijakan perusahaan, perusahaan asuransi yang digunakan dan fire code atau regulasi yang spesifik terhadap proses atau bahan kimia tertentu.

Industri yang menggunakan teknologi moderen memasukkan sistem pencegahan kebakaran sebagai bagian dari sistem keselamatan secara keseluruhan. Namun jika sistem pencegahan kebakaran tidak merupakan bagian dari teknologi yang diggunakan seperti industri moderen, maka komite keselamatan kebakaran harus dibentuk untuk membantu pengembangan dan penerapan program pencegahan kebakaran, seperti identifikasi bahaya kebakaran, inspeksi proses tertentu, perencanaan kegiatan pencegahan kebakaran, melakukan pelatihan bagi pekerja, melakukan komunikasi program pencegahan kebakaran kepada pekerja dan komunitas disekitar pabrik atau perusahaan.

Penegakan sistem adalah merupakan program penting lainnya dalam mencegah terjadi kebakaran. Untuk menjamin bahwa sistem kebakaran yang sudah dibuat berjalan dan alat-alat pemadam selalu dalam kondisi baik maka perlu dilakukan inspeksi secara rutin. Setiap temuan dalam inspeksi sistem kebakaran harus dilaporkan kepada pihak manajemen untuk difollow up agar tidak terjadi kebakaran

Rabu, 11 Desember 2013

LANGKAH KESELAMATAN BAHAYA KEBAKARAN

Pengertian Fire Safety

Tujuan utama keselamatan bahaya kebakaran adalah bagaimana mengupayakan agar tidak terjadi kebakaran. Tetapi disamping itu juga perlu mengantisipasi bila kebakaran terjadi. Oleh sebab itu perlu dilakukan langkah langkah dalam upaya mengantisipasi sebagaimana dimaksud agar keselamatan tetap terjaga, baik keselamatan jiwa manusia maupun harta benda yang ada di dalam gedung bila terjadi kebakaran.



Ada  4 kriteria fire safety dalam topik bahasan ini, yaitu  :

- Tindakan Pencegahan
- Fire Behaviour
- Building Classification
- Sistem Proteksi Pasif

Tindakan Pencegahan
Tindakan pencegahan dikategorikan ke dalam 3 kelompok  :

1. Structural Provisions / ketentuan struktur
Peneyekat atau pemisah dengan dinding bahan api/ fire wall pintu tahan api/ fire doors dan terpisah untuk membatasi area kebakaranyang terjadi dan api tidak menjalar ke ruangan lainnya;
Penggunaan material yang mempunyai ketahanan terhadap api (fire resistant) yang sukar terbakar, tidak mengandung asap dan panas yang berlebihan;
Route atau jalan penyelamat (escape routes) dan tindakan pencegahan seperti tangga kebakaran, tangga jalan keluar , pintu darurat, jumlah dan jenisnya tergantung dari ukuran dan fungsi  bangunan;

2. Technical Provisions /  Ketentuan teknik
Kabel listrik berada di dalam saluran pipa logam pada pipa plastik (PVG) dan menggunakan kabel yang sukar terbakar (non combustible cable);
Pipa dan kabel listrik terutama yang mempunyai fungsi utama harus melalui saluran (duct), lobang terowongan (shaft) dan melalui tanah dan rute lain yang aman;

Kabel, pipa, duct yang menembus dinding harus ditutupi dan aman terhadap api;
Instalasi alat pemadam kebakaran otomatis, mendeteksi signal dan memadamkan kebakaran tingkat awal seperti:
- sprinkler system;
- Ventilasi yang cukup dan berfungsi;
- Pintu magnit yang dapat digunakan sebagai pintu kebakaran dan pintu asap (penutup asap);
- Fire detection berfungsi dengan baik;

3. Organization activities / aktivitas yang diatur
- Latihan pencegahan bahaya kebakaran  yang teratur bagi karyawan;
- Jalan penyelamat harus terjaga dan jangan terhalang;
- Perlu dilakukan latihan evakuasi secara teratur;
- Peraturan pencagahan harus dipenuhi;
- Pengawasan kegiatan secara teratur;

Fire Behaviour

Api mempunyai perilaku yang bersifat fire reaction dan fire resistant :


1. Fire reaction adalah reaksi api terhadap bahan material yang terbakar anatara lain :
- Bahan material itu akan terbakar atau tidak ?;
- Jika terbakar, apakah kenyataannya menyala?, membara?;
- Jika terbakar apakah berasap?, mengeluarkan gas beracun?;

Dari reaksi api terhadap bahan material yang terbakar tersebut dites di laboratorium dan hasilnya diklasifikasikan untuk tingkat mutu bahan material tertentu.

2. Klasifikasi  material bangunan dibagi dalam lima tingkat mutu bahan yaitu  :

a.  Tingkat I    :   Non Combustible  (M1); adalah bahan yang memenuhi persyaratan pengujian sifat bakar serta pengujian sifat api pada permukaan (surface test) untuk tingkat bahan sangat sukar terbakar;
b.  Tingkat II  :   Semi Non Combustible (M2); adalah bahan yang sekurang kurangnya memenuhi persyaratan pada pengujian penjalaran api permukaan untuk tingkat bahan sukar terbakar;
c.  Tingkat III :   Fire Retardant (M3) adalah bahan yang sekurang kurangnya memenuhi persyaratan pada pengujian penjalaran api permukaan, untuk tingkat bahan yang bersifat penghambat api;
d.  Tingkat IV :   Semi Fire retardant (M4) adalah bahan yang sekurang kurangnya memenuhi persyaratan pada pengujian penjalaran api permukaan untuk tingkat agak menghambat api;
e.  Tingkat V  :   Combustible (M5) adalah bahan yang tidak memenuhi baik persyaratan uji sifat bakar maupun persyaratan sifat penjalaran api permukaan;

Note  :  Untuk perbaikan atau mencegah terbakarnya bahan material bangunan dengan melakukan tindakan menghambat nyala api (flame retardant treatment) ada 3 cara  :
- Menyekat panas (technic insulation);
- Mencegah/menghambat api (inhibition);
- Mencegah penyebaran gas panas (hot gases spread prevent)
- Dengan tindakan perawatan yang dapat dibuat  :
- Mengisi / meresapi bahan material dengan cairan inhibition atau dengan menyikat kemudian   disemprot dengan cairan inhibitor , tetap bersih;

3. Fire Resistance / Ketahanan api
Ketahanan terhadap api bahan material yang terbakar , menggunakan komponen dan struktur bahan bangunan;
Adalah  ketahanan terhadap api, tanpa kehilangan fungsinya sebagai komponen struktur, dalam satuan waktu yang dinyatakan dalam jam;
Komponen struktur adalah bagian bagian bangunan gedung yang memikul beban maupun yang bukan misalnya dinding , kolom, balok, dinding partisi, atap dan lantai;
Komponen struktur utama adalah bagian bagian bangunan gedung yang memikul beban  dan meneruskan beban tersebut ke pondasi misalnya dinding, kolom, balok dan lantai.
Untuk test ketahanan api terhadap komponen struktur bahan ada 3 kesimpulan  :
  - Stability     :   kestabilan / keseimbangan;
  - Integrity     :   Keutuhan;
  - Insulation  :    Isolasi / penyekatan;


Building Classification

Api mempunyai perilaku yang bersifat fire reaction dan fire resistant.
1. Fire reaction adalah reaksi api terhadap bahan material yang      terbakar anatara lain :
- Bahan material itu akan terbakar atau tidak ?;
- Jika terbakar, apakah kenyataannya menyala?, membara?;
- Jika terbakar apakah berasap?, mengeluarkan gas beracun?;
Dari reaksi api terhadap bahan material yang terbakar tersebut dites di laboratorium dan hasilnya diklasifikasikan untuk tingkat mutu bahan material tertentu.

2. Klasifikasi material bangunan dibagi dalam lima tingkat mutu bahan yaitu  :
a.  Tingkat I    :   Non Combustible  (M1); adalah bahan yang memenuhi persyaratan pengujian sifat bakar serta pengujian sifat api pada permukaan (surface test) untuk tingkat bahan sangat sukar terbakar;
b.  Tingkat II  :   Semi Non Combustible (M2); adalah bahan yang sekurang kurangnya memenuhi persyaratan pada pengujian penjalaran api permukaan untuk tingkat bahan sukar terbakar;
c.  Tingkat III :   Fire Retardant (M3) adalah bahan yang sekurang kurangnya memenuhi persyaratan pada pengujian penjalaran api permukaan, untuk tingkat bahan yang bersifat penghambat api;
d.  Tingkat IV :   Semi Fire retardant (M4) adalah bahan yang sekurang kurangnya memenuhi persyaratan pada pengujian penjalaran api permukaan untuk tingkat agak menghambat api;
e.  Tingkat V  :   Combustible (M5) adalah bahan yang tidak memenuhi baik persyaratan uji sifat bakar maupun persyaratan sifat penjalaran api permukaan;

Note  :  Untuk perbaikan atau mencegah terbakarnya bahan material bangunan dengan melakukan tindakan menghambat nyala api (flame retardant treatment) ada 3 cara  :

- Menyekat panas (technic insulation);
- Mencegah/menghambat api (inhibition);
- Mencegah penyebaran gas panas (hot gases spread prevent)



3. Fire Resistance / Ketahanan api
Ketahanan terhadap api bahan material yang terbakar , menggunakan komponen dan struktur bahan bangunan;
Adalah  ketahanan terhadap api, tanpa kehilangan fungsinya sebagai komponen struktur, dalam satuan waktu yang dinyatakan dalam jam;
Komponen struktur adalah bagian bagian bangunan gedung yang memikul beban maupun yang bukan misalnya dinding , kolom, balok, dinding partisi, atap dan lantai;
Komponen struktur utama adalah bagian bagian bangunan gedung yang memikul beban  dan meneruskan beban tersebut ke pondasi misalnya dinding, kolom, balok dan lantai.
Untuk test ketahanan api terhadap komponen struktur bahan ada 3 kesimpulan  :
- Stability     :   kestabilan / keseimbangan;
- Integrity     :   Keutuhan;
- Insulation  :    Isolasi / penyekatan;

Building Classification
1. Bangunan yang diklasikasikan menurut tingkat ketahanan struktur utamanya terhadap api  :

Bangunan kelas A adalah bangunan yang komponen struktur utamamnya harus tahan terhadap api sekurang kurangnya 3 jam yaitu meliputi  bangunan hotel, pertokoan, perkantoran, rumah sakit, bangunan industri, tempat hiburan, dll;

Bangunan kelas B adalah bangunan yang komponen struktur utamanya harus tahan terhadap api sekurang kurangnya 2 jam yaitu meliputi bangunan perumahan bertingkat, asrama, sekolah , tempat ibadah;

Bangunan kelas C adalah bangunan yang komponen struktur utamanya harus tahan terhadap api sekurang kurangnya ½  jam meliputi bangunan yang tidak bertingkat dan sederhana;

Bangunan kelas D adalah bangunan yang tidak tercakup kedalam kelas A, B dan C yang diatur khusus misalnya instalasi nuklir, bangunan yang digunakan sebagai tempat penyimpanan bahan yang mudah meledak;

2. Bangunan yang diklasifikasikan menurut jenis bangunan, diperuntukkan kegiatan dan hunian;

a.  Bangunan bertingkat , dibedakan antara lain  :
Bangunan bertingkat rendah, adalah bangunan yang mempunyai ketinggian dari tanah (ground floor) sampai ketinggian maksimum 14 meter dan atau 4 lantai (lapis);

Bangunan tinggi A adalah bangunan yang mempunyai ketinggian dari ground floor sampai dengan ketinggian 40 meter dan atau 8 lantai (lapis);

Bangunan tinggi B adalah bangunan yang mempunyai ketinggian dari ground floor sampai dengan ketinggian lebih dari 40 meter diatas 8 lantai (lapis);

b. Bangunan industri adalah bangunan yang dipakai untuk kegiatan kerja untuk produksi;
Diklasifikasikan menurut kegiatan yang ada dan tingkat resiko bahaya kebakaran yang mungkin terjadi (fire hazard) yaitu  :

Bahaya kebakaran ringan (light hazard);
Bahaya kebakaran sedang (ordinary hazard);

c. Bangunan umum dan perdagangan adalah bangunan yang diperuntukan sebagai kegiatan kerja antara lain perkantoran, pertemuan, hotel, hiburan, rumah sakit, lembaga permasyarakatan, pertokoan, peribadatan, pendidikan dll;

d. Bangunan perumahan adalah bangunan yang peruntukannya dipakai dan atau layak untuk hunian / kediaman orang;

e. Bangunan campuran adalah bangunan yang diperuntukkan campuran dari jenis bangunan industri, bangunan umum dan perdagangan serta perumahan;

3. Daftar index tahan api per jam (fire resistant)

Dinding luar dan dalam                                                  4 jam;
Kerangka bangunan luar                                               4 jam;
Kerangka bangunan dalam                                            3 jam;
Dinding penyekat tahan api                                           3 jam;
Dinding penyekat tetap                                                  2 jam;
Jalan penghubung / koridor                                            2 jam;
Cerobong (shaft) dari bahan tembok                             2 jam;
Lantai dan atap                                                              3 jam;
Dinding dalam ruangan                                                   3 jam;
Dinding pembagi                                                             4 jam;
Dinding pemisah                                                            3 jam;
Dinding penyekat sementara                                         0 jam;


Sistem Proteksi Pasif

1. Sarana Evakuasi
Jika kebakaran telah dideteksi, maka prioritas utama adalah menyelamatkan penghuni atau manusia yang berada di lokasi kejadian.  Di dalam kebakaran gedung , sebagian besar kematian disebabkan oleh asap kebakaran.  Oleh karena itu sangat penting untuk menyiapkan route aman menyelamatkan diri dari bahaya kebakaran atau asap.  Sarana penyelamatan diri tersebut disebut means of escape yang merupakan bagian dari konstruksi atau fasilitas.

Sarana evakuasi harus direncanakan dengan baik sejak rancang bangun sesuai dengan rencana penggunaannya.  Untuk itu dalam merancang bangunan atau fasilitas harus disiapkan jalur evakuasi atau jalur keluar yang sesuai ukuran dan jumlahnya dengan kapasitas ruangan sehingga semuanya dapat keluar dalam waktu yang ditentukan.  Informasi yang diperlukan untuk merancang means of escape antara lain  :

a. Waktu evakuasi  (time of evacuation)
Waktu yang diperlukan untukevakuasi tergantung kepada konstruksi bangunan dan jumlah penghuni.

b. Berdasarkan kelas bangunan , waktu evakuasi maksimum adalah sebagai berikut  :

Kelas  A      :    3 menit;
Kelas  B      :     2,5 menit;
Kelas  C      :     2 menit;

c. Jarak perjalanan menuju tempat aman
Jarak tempuh diukur dari setiap titik dalam bangunan ke tempat aman (aman relatif atau mutlak).  Jarak tempuh sangat ditentukan oleh kecepatan seseorang bereaksi dan bergerak menyelamatkan diri serta kecepatan api untuk menghambat perjalanannya.  Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa seseorang dalam ruang berasap , menyelamatkan diri menuju tempat aman berjalan dengan kecepatan 40 ft per menit.  Dengan waktu tempuh 2 menit, seseorang akan dapat menempuh jarak 80 ft, 2,5 menit sejauh 100 ft dan 3 menit sejauh 120 ft.  Berdasarkan riset, jumlah arus orang keluar selama 2 menit diperhitungkan sebanyak 40 orang.

d. Jumlah penghuni
Jumlah penghuni yang berada dalam bangunan juga menentukan dalam menghitung means of escape.  Penghuni harus memperhitungkan penggunaan bangunan , misalnya untuk kegiatan pertemuan atau resepsi.

e. Perhitungan lebar jalur keluar
Lebar jalur keluar diperhitungkan berdasarkan jarak tempuh minimum dan jumlah penghuni , arus keluar dan waktu keluar yang diperlukan .



2. Jenis sarana evakuasi
Berbagai fasilitas yang dapat digolongkan sebagai means of escape antara lain  :
- Pintu keluar;
- Tangga darurat;
- Lampu darurat (emergency lamp);
- Penunjuk arah (safety sign)
- Koridor


JENIS KEMASAN PLASTIK

Tak bisa dipungkiri di rumah sering kali kita temukan peralatan peralatan dari bahan plastik terutama bekas dari bungkus makanan atau minuman. Misalnya bekas air mineral. Dan tak sedikit orang yang menggunakan kembali bekas air mineral dan tanpa disadari bahaya gangguan kesehatan mengancam mereka.


Tanda di bawah botol itu merupakan kode yg dikeluarkan The Society of Plastic Industry pada tahun 1998 di Amerika Serikat dan diikuti oleh lembaga-lembaga pengembangan sistem kode, seperti ISO (International Organization for Standardization).

Secara umum tanda pengenal plastik tersebut berciri-ciri :
  1. Berada atau terletak di bagian bawah,
  2. Berbentuk segitiga,
  3. Di dalam segitiga tersebut terdapat angka,
  4. Serta nama jenis plastik di bawah segitiga.

 Berikut kode dan material yang dimaksud:

1 – Polyethylene Terephthalate (PETE)
Umumnya dipakai untuk botol plastik yang jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya. Mayoritas bahan plastik PETE di dunia untuk serat sintetis (sekitar 60 %), dalam pertekstilan PETE biasa disebut dengan polyester (bahan dasar botol kemasan 30 %) Botol Jenis PET/PETE ini direkomendasikan HANYA SEKALI PAKAI, Bila terlalu sering dipakai, apalagi digunakan untuk menyimpan air hangat apalagi panas, akan mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut akan meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). 

2 – High Density Polyethylene (HDPE) 
Biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu, tupperware, galon air minum, kursi lipat, dan lain-lain. HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan makanan/minuman yang dikemasnya. Memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. Sama seperti PET, HDPE juga direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian, karena pelepasan senyawa antimoni trioksida terus meningkat seiring waktu;

3 – Polyvinyl Chloride (PVC)
Tertera logo daur ulang (terkadang berwarna merah) dengan angka 3 di tengahnya, serta tulisan V — V itu berarti PVC (polyvinyl chloride), yaitu jenis plastik yang paling sulit didaur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol. Mengandung DEHA yang dapat bereaksi dengan makanan yang dikemas dengan plastik berbahan PVC ini saat bersentuhan langsung dengan makanan tersebut karena DEHA ini lumer pada suhu -15oC. Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan yang dikemas dengan plastik ini berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan. Sebaiknya kita mencari alternatif pembungkus makanan lain yang tidak mengandung bahan pelembut, seperti plastik yang terbuat dari polietilena atau bahan alami (daun pisang misalnya).

4 – Low Density Polyethylene (LDPE)
Tertera logo daur ulang dengan angka 4 di tengahnya, serta tulisan LDPE – LDPE (low density polyethylene) yaitu plastik tipe cokelat (thermoplastic/dibuat dari minyak bumi), biasa dipakai untuk tempat makanan, plastik kemasan, dan botol-botol yang lembek. Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, agak tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak. Pada suhu di bawah 60oC sangat resisten terhadap senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik, akan tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen. Plastik ini dapat didaur ulang, baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat, dan memiliki resistensi yang baik terhadap reaksi kimia. Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang dikemas dengan bahan ini.

5 – Polypropylene (PP)
Bahan dengan kode ini adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik, terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi. Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap. Carilah dengan kode angka 5 bila membeli barang berbahan plastik untuk menyimpan kemasan berbagai makanan dan minuman.

6 – Polystyrene (PS)
PS biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dan lain-lain. Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat mengeluarkan bahan styrene ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan ini harus dihindari, karena selain berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi, dan pertumbuhan dan sistem syaraf, juga karena bahan ini sulit didaur ulang. 

7 – Other Plastics
Dapat ditemukan pada tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga, suku cadang mobil, alat-alat rumah tangga, komputer, alat-alat elektronik, dan plastik kemasan.
PC – Polycarbonate dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak batita (sippy cup), botol minum polikarbonat, dan kaleng kemasan makanan dan minuman, termasuk kaleng susu formula. Dapat mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon, kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma, dan mengubah fungsi imunitas. Dianjurkan untuk tidak dipergunakan untuk tempat makanan ataupun minuman karena Bisphenol-A dapat berpindah ke dalam minuman atau makanan jika suhunya dinaikkan karena pemanasan. Ironisnya botol susu sangat mungkin mengalami proses pemanasan, entah itu untuk tujuan sterilisasi dengan cara merebus, dipanaskan dengan microwave, atau dituangi air mendidih atau air panas. SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan. Biasanya terdapat pada mangkuk mixer, pembungkus termos, piring, alat makan, penyaring kopi, dan sikat gigi, sedangkan ABS biasanya digunakan sebagai bahan mainan lego dan pipa. SAN dan ABS merupakan salah satu bahan plastik yang sangat baik untuk digunakan.